- Latar
Belakang
Berdasarkan data yang diperoleh dari
World Bank, populasi Indonesia pada tahun 2021 yaitu 276.361.788 orang, terdiri
dari 139.131.289 laki – laki dan 137.230.499 perempuan. Laju mortalitas di
Indonesia pada 2019 yaitu 657 per 100.000 penduduk. Non – communicable disease
(NCD) atau penyakit tidak menular (PTM) menempati urutan tertinggi penyebab
kematian di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, PTM
seperti kanker, stroke, penyakit ginjal, penyakit sendi, diabetes mellitus,
penyakit jantung, hipertensi, dan obesitas menunjukan peningkatan dibandingkan
dengan Riskesdas 2013. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit
katastropik dengan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hal ini
mengakitbatkan hilangnya hari produktif bagi penderita dan pendamping.
Tingginya prevalensi PTM di Indonesia disebabkan gaya hidup yang tidak sehat.
Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa 95,5%
masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Kemudian, 33,5%
masyarakat kurang aktivitas fisik, 29,3% masyarakat usia produktif merokok
setiap hari, 31% mengalami obesitas sentral serta 21,8% terjadi obesitas pada
dewasa. Pada tahun 2020, hipertensi menempati urutan kedua dalam 10 penyakit
tertinggi kunjungan ke Puskesmas Kota Bogor. Sementara itu, terdapat 19.694
jumlah penderita diabetes mellitus di Kota Bogor dan yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar sebanyak 17.431 orang. Di Kabupaten Bogor, pada tahun
2019, diestimasikan terdapat 1.313.562 penderita hipertensi dan yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 830.741 orang (63,24%). Sementara itu,
diestimasikan terdapat 57.769 penderita diabetes mellitus, 42.905 orang
(74,27%) diantaranya mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Puskesmas,
sebagai fasilitas kesehatan primer milik pemerintah, memiliki peran penting
dalam upaya pengendalian PTM, salah satunya dengan melakukan penapisan dini
risiko PTM. Rendahnya cakupan penapisan PTM pada kelompok pre – lansia maupun
lansia menjadi salah satu penyebab kurang terkendalinya PTM di Indonesia. Oleh
karena itu, Puskesmas Leuwisadeng membuat program dan inovasi kartu Melesat
sebagai upaya untuk meningkatkan cakupan penapisan dini serta pengendalian PTM
di desa wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng.
- Tujuan
A.
Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan terkait Penyakit Tidak Menular
di wilayah Kerja Puskesmas Leuwisadeng terutama pada Lansia melalui Inovasi
Melesat.
B.
Tujuan Khusus
1.
Untuk meningkatkan cakupan penapisan
dini penyakit tidak menular pada populasi usia produktif, pre-lansia, dan
lansia di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng.
2.
Untuk mengendalikan faktor risiko
penyakit tidak menular pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng.
3.
Untuk mengendalikan faktor risiko
penyakit tidak menular pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng.
- Manfaat
1.
Mencegah perkembangan timbulnya penyakit tidak menular
melalui skrining awal
2.
Memudahkan pemantauan pasien dengan
Penyakit Tidak Menular di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng
3.
Meningkatkan kesadaran pasien dalam
memeriksakan kesehatannya secara konsisten dan patuh minum obat
- Cara Melaksanakan Kegiatan dan Rincian Kegiatan
A.
Cara Melaksanakan Kegiatan
Kegiatan inovasi Melesat dimulai
dengan membuat kartu Melesat kemudian dilakukan sosialisasai dengan kader dan
staff Puskesmas Leuwisadeng. Kartu Melesat diberikan pada sasaran di Posbindu
Lansia dan Puskesmas Leuwisadeng. Dilakukan pemeriksaan BB, TB, TD, GDS sewaktu
untuk penapisan awal dan pemantauan terhadap sasaran dengan Hipertensi dan DM
di Posbindu dan dilakukan rujukan ke Puskesmas jika diperlukan. Selain itu,
inovasi Melesat juga berkolaborasi dengan kegiatan Prolanis diantaranya senam
kesehatan dan edukasi lansia.
B.
Rincian Kegiatan
1.
Membuat Kartu Melesat
2.
Melakukan sosialisasi mengenai
inovasi Melesat pada kader posbindu dan staff Puskesmas Leuwisadeng
3.
Mengimplementasikan kegiatan inovasi
Melesat di Posbindu dan Puskesmas Leuwisadeng
4.
Berkolaborasi dengan kegiatan Prolanis
diantaranya Senam kesehatan dan edukasi lansia.
5.
Melakukan evaluasi efektivitas
inovasi Melesat
- Sasaran
Sasaran inovasi Melesat ini yaitu masyarakat kelompok usia
produktif (<45 tahun), pre – lansia (45 – 59 tahun) dan diutamakan kelompok
lansia (?60 tahun).
- Jadwal Tahapan Inovasi dan Pelaksanaan Kegiatan
A.
Tahapan inovasi Melesat
No. |
Tahapan |
Waktu
Kegiatan |
Keterangan |
1. |
Latar Belakang Masalah |
5
September 2022 |
Mengumpulkan Referensi dan data
Capaian Program Lansia dan PTM |
2. |
Perumusan Ide |
12
September 2022 |
Perumusan ide dari masukan semua pihak / koordinasi dengan
Kepala Puskesmas |
3. |
Perancangan |
19
September 2022 |
Menyusun tim pengelola inovasi
dari program dan semua pihak yang terkait serta berkoordinasi dengan Kepala
Puskesmas |
4. |
Implementasi |
3
Oktober 2022 |
Pelaksanaan inovasi di Posbindu
Lansia dan dalam gedung Puskesmas Leuwisadeng |
B.
Pelaksanaan Kegiatan Melesat
Kegiatan |
Bulan |
|||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
|
I.
Membuat
Kartu Melesat |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
II.
Melakukan sosialisasi mengenai inovasi
Melesat pada kader posbindu dan staff Puskesmas Leuwisadeng |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
III.
Mengimplementasikan kegiatan
inovasi Melesat di Posbindu dan Puskesmas Leuwisadeng |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
IV.
Berkolaborasi dengan kegiatan
Prolanis diantaranya Senam kedehatan dan edukasi lansia. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V.
Melakukan evaluasi efektivitas
inovasi Melesat |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
VI.
Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
Evaluasi pelaksanaan kegiatan
dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan. Laporan evaluasi kegiatan dibuat oleh penanggung
jawab inovasi, Program Lansia dan prolanis yang dilaksanakan di Puskesmas.
1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan
dilakukan selama kegiatan berlangsung meliputi pelaksanaan rekapitulasi data
sasaran yang telah mendapatkan pelayanan kesehatan dan kartu Melesat dalam bentuk Microsoft Excel.
2. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi
dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan inovasi Melesat di Puskesmas Leuwisadeng